SUARABERITAINDONESIA.COM
TANGERANG SELATAN - Fatayat Nahdlatul Ulama (NU) Tangerang Selatan menggelar kegiatan Kelas Ibu Cerdas Anti-Bullying, sebuah pelatihan yang diarahkan untuk memperkuat ketahanan keluarga dan menekan kasus perundungan (bullying) di lingkungan pelajar. Program yang berlangsung 15–16 November 2025 ini menghadirkan pemateri dari bidang psikologi akademisi, serta aktivis perempuan.( 15/11/25 )
Ketua Fatayat NU Tangsel, Dr. Hj. Iffati Zamima, MA.g, dalam sambutannya menyatakan bahwa peningkatan kapasitas ibu menjadi langkah strategis mengingat keluarga adalah ruang pertama pembentukan karakter anak. “Perempuan memiliki peran besar dalam menciptakan keluarga yang aman, setara, dan bebas kekerasan. Pencegahan bullying harus dimulai dari rumah,” ujar Zamima.
Pengasuhan Responsif Gender untuk Ketahanan Keluarga.
Pada sesi pertama, akademisi Ari Hardianto, M.A., memaparkan materi bertema “Perempuan Berdaya Keluarga Sejahtera: Peran Kunci Fatayat”. Ia menjelaskan bahwa pengasuhan responsif gender—yang menempatkan ayah dan ibu sebagai mitra setara—telah terbukti menekan risiko kekerasan pada anak
Mengutip berbagai studi UNICEF (2023) dan riset internasional, Ari menyebut bahwa komunikasi positif antara orang tua dan pola pengasuhan empatik berkontribusi signifikan dalam penurunan perilaku agresif dan bullying di sekolah.
Ari juga menegaskan bahwa Islam mendorong pengasuhan yang adil dan penuh kasih sayang. Prinsip al-musawah (kesetaraan) dan ‘adl (keadilan), kata dia, menjadi landasan penting dalam membangun keluarga yang aman dan berdaya.
Psikolog Paparkan Deteksi Dini dan Dampak Bullying.
Materi kedua disampaikan psikolog Mega Yuliana Lukita, S.Psi, dengan tema “Happy Tanpa Bully”. Ia menguraikan definisi bullying, faktor penyebab, jenis-jenisnya, serta dampak yang dialami korban maupun pelaku.
Mega menjelaskan bahwa perundungan kerap muncul karena lemahnya empati, pencarian perhatian, hingga masalah emosi yang tidak tertangani. Sebaliknya, anak korban bullying biasanya menunjukkan ciri-ciri seperti rendah diri, menarik diri, perubahan perilaku, dan penurunan prestasi akademik.
Dalam pelatihan ini, peserta diajarkan deteksi dini melalui observasi perubahan perilaku, wawancara empatik tanpa menyalahkan, serta teknik mendampingi anak yang mengalami tekanan emosional. Mega menegaskan pentingnya pendampingan yang tidak menghakimi dan berbasis kasih sayang.
Menurutnya, “Tidak ada anak yang lahir untuk menyakiti. Lingkungan di sekitarnyalah yang membentuk cara mereka memperlakukan orang lain.”
Sinergi Orang Tua–Sekolah–Masyarakat Jadi Kunci Pencegahan.
Pelatihan ini juga menekankan kolaborasi tiga pilar—keluarga, sekolah, dan masyarakat—untuk menciptakan ekosistem ramah anak. Orang tua didorong meningkatkan komunikasi dengan anak; sekolah diminta memperkuat kebijakan anti-bullying; sementara masyarakat diharapkan aktif melakukan kampanye dan pengawasan sosial.
Sebagai bagian dari proses pembelajaran, peserta mengikuti role play mengenai kasus-kasus bullying fisik, verbal, sosial, dan siber. Simulasi ini bertujuan memperkuat kemampuan ibu dalam membaca tanda-tanda awal serta merancang respon tepat sesuai konteks.
Kegiatan diakhiri dengan penyusunan rencana aksi komunitas, termasuk program “Satu Bulan Aksi Kasih Sayang” yang akan diterapkan di lingkungan masing-masing.
Fatayat NU Dorong Gerakan Nasional Ibu Anti-Bullying.
Sarwenda selaku ketua program pelaksana menegaskan bahwa program ini merupakan bagian dari inisiatif Fatayat NU Tangsel yang bekerjasama dengan berbagai pihak (PTIQ, UNUSIA Jakarta, dan STIT Al-Amin Tangerang Selatan) dalam menciptakan keluarga maslahat dan memperkuat peran keluarga dalam pencegahan perundungan dari rumah.
Dengan pelatihan ini,diharapkan dari Fatayat NU lahir semakin banyak kader ibu—khususnya di lingkungan NU—yang mampu menjadi agen perubahan, pendamping keluarga, dan penggerak anti perundungan di tingkat lokal.
( Achmad Hidayat )


Posting Komentar untuk "Fatayat NU Tangsel Gelar Pelatihan Ibu Cerdas Anti-Bullying, Tegaskan Pentingnya Peran Keluarga dan Nilai Keagamaan"